‘Minumlah air dari kulahmu sendiri.’ Amsal 5:15 

Inilah beberapa pembicaraan langsung tentang kesetiaan dalam pernikahan dari salah satu pria paling bijaksana yang pernah hidup, Salomo: ‘Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual. Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan? Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain. Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya. Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing? Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.’ (Ams 5:15–23)

Pada zaman Salomo, sebuah sumur atau waduk dianggap sama berharganya dengan emas. Air bersih adalah komoditas yang sangat berharga, jadi apa yang Salomo katakan adalah ini: ‘Mengapa minum air tercemar yang berasal dari selokan pergaulan ketika, jika Anda menunggu, Anda bisa minum air bersih yang berasal dari sumur pasangan yang setia?’

Berikut adalah dua kebenaran yang harus selalu Anda ingat:

(1) Cinta sejati menunggu.

(2) Cinta sejati layak untuk ditunggu. Ketika tergoda untuk tersesat oleh seorang teman yang hidup sembrono, seorang wanita muda Kristen menjawab, ‘Setiap kali saya ingin menjadi seperti Anda, saya bisa. Tapi saya tidak akan pernah bisa lagi menjadi diri saya sebelum saya membuat keputusan itu.’

SoulFood: Ezra 9–10, Yoh 8:1–20, Maz 96, Ams 25:1–7

Renungan Hari Ini [The Word for Today] is authored by Bob and Debby Gass and published under licence from UCB International Copyright ©