Hati yang Lembut

Ketika Anda telah terluka, mudah untuk memasang penghalang. Tapi hati-hati—kulit pelindung bisa berubah menjadi 'hati yang beku': menahan, tidak mau menerima, tidak bisa ditembus bahkan oleh Tuhan. Kristin Armstrong menulis: ‘Satu-satunya hal yang lebih menyakitkan, dan dengan…akibat yang lebih serius daripada patah hati, adalah hati yang beku… Paulus memperingatkan kita [tentang]…membiarkan hati kita mengeras. “Pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.” (Efesus 4:18) Hati yang lembut tidak lemah atau lugu. Sebaliknya, kebijaksanaan, pengalaman, dan iman membentuk hati yang kuat, diliputi oleh belas kasih dan dibumbui dengan belas kasihan. Hati yang keras tidak terlindungi, hanya terbungkus luka, dan sangat menyakitkan bagi semua orang kecuali Anda… Setelah akhir pekan yang terasa seperti ujian yang menyakitkan, saya menelepon sahabat saya sambil menangis. “Kenapa ini tidak akan berakhir? Seberapa kuat Tuhan ingin saya menjadi? Aku tidak tahan lagi!" Menjadi wanita yang saleh… dia menjawab, “Mungkin sebaliknya. Anda sudah cukup kuat. Tuhan ingin hatimu menjadi lembut dan terbuka.” Saya tidak berpikir seperti itu. Menanggapi patah hati, pengkhianatan, atau rasa malu, mudah untuk mengembangkan hati yang keras. Kita pikir ini akan melindungi kita dari ... lebih banyak rasa sakit. Masalah dengan batu adalah...tidak terasa apa-apa—tidak ada rasa sakit, tetapi tidak ada cinta. Ini adalah jebakan yang terasa seperti mempertahankan diri, tetapi sebenarnya itu adalah penghancuran diri. Tuhan ingin memberi Anda hati yang lembut. Dengan kasih-Nya Anda dapat keluar dari saat-saat yang menyakitkan, keropos, dan siap menerima hati yang Dia miliki…untuk Anda.’